Opini Kader: Refleksi PEMILU Mahasiswa UGM 2015


Oleh: Fauzia Fitrianingrum*)
Ketua KPUM UGM 2015
Ketua Bidang Internal Kohati Cabang Bulaksumur Sleman Periode 2015/2016


Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Pada kesempatan kali ini website Kohati mencoba menampilkan tulisan tentang agenda non-HMI dan non-Kohati, yaitu tentang Pemilu Mahasiswa yang baru saja berlangsung di UGM pada bulan Desember yang lalu. Beberapa kader Kohati terlibat langsung dalam kepanitiaan yang berkaitan dengan Penyelenggaraan Pemilu Mahasiswa di UGM kemarin. Hal itu menunjukkan, bahwa kader-kader Kohati tidak hanya fokus pada agenda internal Kohati atau HMI, tetapi kami juga turut berkontribusi dan mengembangkan diri dalam berbagai kegiatan eksternal organisasi Kohati maupun HMI. Berikut sedikit tulisan yang mengulas soal Pemilu Mahasiswa UGM tahun 2015.

Pada bulan Desember lalu, tepatnya tanggal 8, 10, dan 11 Desember 2015 telah dilaksanakan Pemilihan Umum Mahasiswa di UGM. Kegiatan ini merupakan agenda yang cukup besar di UGM dan dilaksanakan rutin, satu kali setiap tahunnya. Pemilu Mahasiswa dilaksanakan sebagai sarana bagi seluruh mahasiswa UGM (S1 dan Vokasi) untuk memilih calon presiden mahasiswa dan calon senat Keluarga Mahasiswa UGM (KM UGM) secara langsung. Pemilu Mahasiswa merupakan agenda yang vital dan cukup penting, karena keberlanjutan KM UGM sangat tergantung pada proses Pemilu Mahasiswa. Selain itu, ajang pemilu mahasiswa juga merupakan sarana yang baik bagi seluruh elemen mahasiswa untuk berlatih berdemokrasi secara langsung.

Penyelenggara kegiatan Pemilu Magasiswa UGM adalah Komisi Pemilihan Uumum Mahasiswa (KPUM UGM), diawasi oleh Badan Pengawas Pemilu (BANWASLU UGM), dan terdapat juga lembaga yudikatif yang bertugas menyelesaikan perselisihan pemilu yaitu Mahkamah Pemilihan Umum Mahasiswa (MPUM UGM). Peserta yang bisa mencalonkan diri untuk dipilih dalam Pemilu Mahasiswa UGM ini berasal dari mahasiswa aktif baik yang mencalonkan melaui jalur partai mahasiswa maupun jalur independen, sedangkan yang berhak memilih dalam Pemilu Mahasiswa UGM adalah seluruh mahasiswa aktif UGM, baik mahasiswa S1 maupun Diploma.

Kali ini penulis akan mencoba melihat soal Pemilu Mahasiswa melalui sudut pandang Penyelenggara. Baik KPUM, BANWASLU, maupun MPUM, dibentuk oleh Senat Mahasiswa UGM. Lembaga penyelengggara pemilu mahasiswa dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus berdasarkan koridor Undang-Undang yang telah disahkan oleh lembaga legislatif dan lembaga eksekutif mahasiswa, yaitu Senat KM UGM dan BEM KM UGM. Salah satu tanggung jawab terbesar dari lembaga penyelenggara pemilu adalah kewajiban untuk senantiasa menjaga independensi. Tingkat validitas dan legitimasi nama-nama calon terpilih yang dihasilkan dari Pemilu Mahasiswa sangat tergantung pada independensi penyelenggara Pemilu tersebut.

Menurut penulis, berdasarkan pengalaman penulis selama di kepanitiaan KPUM UGM 2015 ini, memegang amanah sebagai penyelenggara Pemilu Mahasiswa bukanlah hal yang mudah. Tidak hanya tanggung jawab untuk menjaga independensi, tetapi penyelenggara pemilu secara tidak langsung juga dituntut untuk adil dan memuaskan semua pihak. Padahal waktu persiapan untuk menyelenggarakan pemilu mahasiswa, terutama di tahun 2015 ini bisa dibilang terlalu singkat. Menurut kebiasaan, pemilu mahasiswa rutin dilaksanakan di akhir tahun, tepatnya di bulan Desember. Akan tetapi, KPUM UGM dan Banwaslu baru dilantik oleh Senat KM UGM pada tanggal 12 November, yang notabene hanya setengah bulan menuju bulan Desember.

Bukan hanya soal waktu, Penyelenggara Pemilu juga harus dihadapkan dengan persoalan biaya penyelenggaraan Pemilu, hubungan birokratis dengan pihak rektorat dan pihak-pihak fakultas yang cukup rumit, sulitnya membentuk pola rekruitmen panita yang berkomitmen hingga akhir acara, tingginya tekanan dari peserta pemilu (terutama dari golongan partai mahasiswa) dengan berbagai tuntutannya, rendahnya partisipasi pemilih, dan lain sebagainya. Bisa dikatakan bahwa Lembaga Penyelenggara Pemilu, di tengah tingginya tekanan (pressure), dipaksa untuk dapat selalu mengambil keputusan dengan tepat dan dalam waktu yang relatif singkat. Untuk itu, sebagai penyelenggara pemilu, penting untuk dapat mengelola tingkat stress (manajemen stress) dalam diri maupun internal organisasi, serta belajar lebih jauh soal manajemen konflik dan teori pengambilan keputusan yang baik (decision making theory).

Di tengah berbagai persoalan dan kendala yang menyertai penyelenggaraan Pemilu Mahasiswa di tahun 2015, akhirnya kegiatan tersebut telah terlaksana dengan cukup baik. Agenda Pemilu Mahasiswa UGM tahun 2015 akhirnya juga telah menghasilkan nama-nama calon terpilih yang akan memegang amanah di BEM KM UGM dan Senat KM UGM selama periode kepengurusan tahun 2016. Dari sudut pandang penyelenggara, kami tentu sangat berharap para calon yang telah terpilih mampu memegang amanah dan dapat membawa perubahan yang lebih baik bagi KM UGM. Semoga ada pelajaran berharga yang bisa diambil oleh berbagai pihak, agar kekukurangan-kekurangan yang telah terjadi, khususnya pada penyelenggaraan Pemilu Mahasiswa di tahun 2015 tidak terulang lagi di tahun-tahun mendatang.

Salah satu hal yang sangat menarik, tetapi luput dari perhatian publik menurut penulis adalah selama tiga tahun berturut-turut, yang menjadi ketua KPUM UGM adalah seorang wanita. Bahkan pada Pemilu Mahasiswa tahun 2015 ini, ketua MPUM UGM sebagai satu-satunya lembaga yudikatif dalam Pemilu Mahasiswa UGM adalah juga seorang wanita. Padahal seperti yang telah penulis paparkan di atas, menjadi pihak penyelenggara kegiatan Pemilu Mahasiswa UGM bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Hal tersebut menurut penulis merupakan angin segar yang menunjukkan bahwa ternyata kemampuan seorang wanita tidak kalah dibandingkan dengan laki-laki dalam berorganisasi. Apakah benar demikian? Ataukah itu hanya pendapat subjektif penulis? Lalu bagaimana dengan gaya kepemimpinan seorang wanita dalam organisasi, apakah sama dengan gaya kepemimpinan laki-laki? Selanjutnya jika dikaitkan dengan kualitas organisasi, organisasi yang dipimpin oleh seorang wanita apakah akan lebih baik, lebih buruk, ataukah sama kualitasnya dengan yang dipimpin oleh seorang laki-laki?

Sekian sedikit ulasan tentang Pemilu Mahasiswa UGM tahun 2015, khususnya jika dilihat dari sudut pandang penyelenggara. Semoga ada pelajaran berharga yang bisa diambil, baik bagi pribadi penulis, bagi para pembaca, bagi kader Kohati, dan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilu mahasiswa di tahun-tahun mendatang.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Komentar